Persaingan Diri Sendiri: Sebuah Motivasi untuk Berbenah
Kita hidup dalam dunia yang kompetitif. Keinginan untuk unggul seringkali mendorong kita untuk membandingkan diri dengan orang lain. Namun, kadang-kadang, persaingan yang paling penting adalah persaingan dengan diri kita sendiri. Ulama kharismatik, Salamuddin Abubakar Yusuf (SAY), menawarkan perspektif yang inspiratif tentang ini: "Jika kita tidak mampu bersaing dengan orang-orang shaleh dalam beribadah, maka bersainglah dengan para pendosa dalam beristigfar."
Kalimat tersebut mengandung pesan mendalam tentang bagaimana kita seharusnya menyikapi kekurangan dan kelemahan diri. Tidak semua orang mampu mencapai tingkat ketaqwaan yang tinggi seperti para shalih. Terkadang, usaha kita untuk menyamai mereka justru membuat kita merasa rendah diri dan putus asa. Namun, SAY mengingatkan kita bahwa selalu ada jalan lain untuk berbenah.
Berlomba-lomba dalam kebaikan memang ideal. Namun, jika kita merasa tertinggal, bukan berarti kita harus menyerah. Kita bisa mengubah fokus persaingan kita. Alih-alih membandingkan ibadah kita dengan orang yang lebih baik, misalnya, kita mungkin merasa iri melihat teman yang rajin sholat tahajud setiap malam sementara kita masih kesulitan bangun pagi. Rasa iri ini bisa menjadi pemicu negatif. Namun, pesan SAY mengajak kita untuk mengubah perspektif.
Kita bisa bersaing dengan mereka yang melakukan dosa dengan cara memperbanyak istighfar. Sebagai contoh konkrit, bayangkan seseorang yang seringkali lalai dalam menjaga lisan, sering bergosip atau berkata kasar. Alih-alih berkecil hati karena belum mampu menjaga lisan sebaik orang lain, ia bisa berkomitmen untuk memperbanyak istighfar setiap kali ia menyadari telah berbuat salah. Setiap kali ia bergosip, ia langsung memohon ampun kepada Allah SWT. Ini adalah bentuk persaingan dengan diri sendiri, dengan fokus pada perbaikan diri.
Istighfar, atau memohon ampun kepada Allah SWT, merupakan tindakan yang sangat penting dalam perjalanan spiritual kita. Dengan memperbanyak istighfar, kita mengakui kesalahan dan dosa-dosa kita. Kita menunjukkan kerendahan hati dan ketulusan dalam memohon ampunan. Ini adalah langkah awal yang penting untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Persaingan dalam beristigfar ini bukan berarti kita merendahkan orang lain, melainkan sebuah upaya untuk memperbaiki diri sendiri. Contoh lainnya, seseorang yang seringkali malas bersedekah bisa berkompetisi dengan dirinya sendiri untuk meningkatkan jumlah sedekah, dan memohon ampun atas kelalaiannya di masa lalu.
Pesan SAY ini mengajarkan kita untuk selalu optimis dan tidak mudah putus asa. Meskipun kita mungkin belum mampu mencapai tingkat ketaqwaan tertentu, kita masih bisa berlomba dalam kebaikan dengan cara yang berbeda. Persaingan dengan diri sendiri, dengan fokus pada peningkatan diri melalui istighfar dan taubat, merupakan langkah yang sangat efektif untuk menuju perbaikan diri. Ini adalah persaingan yang tidak akan pernah sia-sia, karena hasilnya adalah peningkatan kualitas spiritual kita dan semakin dekatnya kita kepada Allah SWT.
Komentar
Posting Komentar